Pemahaman
dan ilmu Pengetahuan seseorang tidak hanya diukur dari tingkat IQ-nya saja.
Karena hal itu hanyalah sebagian kecil dari kecerdasan-kecerdasan yang telah
Allah berikan kepada kita sebagai manusia.
Ada
suatu pertanyaan, "Bagaimana cara kita agar dapat lebih bisa memahami apa
yg telah disampaikan oleh guru? Mengapa pemahaman saya selalu di bawah teman
saya, padahal input yang kami terima sama?” Maka jawabannya yaitu bergantung dari
tingkat keberkahan Ilmu-nya masing-masing".
Keberkahan
yang kita dapatkan dari ilmu yang kita miliki akan mampu membimbing kita
menjadi seorang pribadi yang mampu mengamalkan kembali ilmu tersebut dan
membuat ilmu tersebut lebih lekat pada diri kita. Sedangkan jika Allah Ta’ala tidak memberikan keberkahan pada
hal-hal yang telah Dia berikan kepadamu, maka kita akan terhalang untuk
memperoleh banyak kebaikan. Karena jika
Allah Ta’ala tidak memberikan keberkahan pada hal-hal yang telah Dia berikan
kepada kita, maka kita pun akan terhalang untuk memperoleh banyak kebaikan.
Jika
kita sedang dalam kondisi seperti itu, yang harus kita lakukan adalah tetap
berusaha bersyukur kepada Allah atas apa yang sekarang kita miliki, sehingga
nantinya kita akan memahami bagaimana cara kita mengelola kondisi dan perasaan
kita menjadi sebuah energi positif dalam diri kita yang akan mendorong kita
untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
Lalu
setelah kita bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah, kita juga
tetap tidak diperbolehkan untuk berputus asa dari rahmat-Nya dengan kita tetap
berusaha memahami ilmu tersebut dengan terus "belajar". Karena
belajar adalah sebuah syarat utama yang harus dilakukan untuk dapat terus
mengembangkan ilmu yang telah kita peroleh. Belajar itu dapat berbentuk apa
saja, dari mana saja dan dari apa saja, taka da batasan dalam belajar. Selain
itu, kita juga harus mengoptimalkan unsur-unsur pendukung semangat belajar,
salah satunya membiarkan diri kita memiliki ketenangan jiwa atau rohani saat
hendak belajar atau membaca sesuatu.
Kemudian
setelah itu yakinlah dengan pepatah Arab, “man
jadda wajada”, Barang siapa yang bersungguh-sungguh untuk mendapatkan
sesuatu, maka ia akan mendapatkannya. Dan yang paling penting dari semua itu adalah
dengan kita menghargai ‘orang’ atau apapaun yang sedang menjadi subjek pengajar
ilmu kepada kita atau objek yang kita pelajari. Bagaimana kita bisa menerima
dan memahami ilmu yang telah ia sampaikan kepada kita, jika di dalam hati kita
menolak terhadap ilmu tersebut. Padahal ilmu tersebut mungkin saja tertahan
karena sifat antipati kita kepada ‘orang’ yang menyampaikan ilmu tersebut.
Untuk
mendapatkan keberkahan ilmu, maka kondisi rohani kita juga harus selalu terjaga
baik dan siap untuk menerima ilmu tersebut. Ketika kita sedang memiliki kondisi
rohani yang baik, yaitu kondisi dimana kita sedang rutin atau banyak melakukan
amalan-amalan ibadah, seperti: shalat Tahajud, dhuha, tilawah, infak, sadaqah
dll. maka kita akan lebih mudah mencerna ilmu tersebut. Karena dengan kondisi
rohani yang demikian, insyaAllah, Allah akan membuka qolbu dalam diri kita
sehingga kita dapat menerima dan memahami ilmu itu dengan baik.
Selain
itu juga harus dikuatkan dengan ikhtiar. Karena ilmu itu tidak datang dengan
sendirinya kedalam pikiran kita. Ilmu itu kita cari dan kita cerna melalui
proses. Yang harus kita utamakan disini adalah ikhtiar dan proses kita dalam
upaya memperoleh dan memperkaya ilmu. Karena Allah selalu melihat proses pada
diri kita yang terus berupaya menjadi lebih baik bukan semata bagaimana hasil
akhir yang kita peroleh. Jadi, Biarkanlah Allah yang menakdirkan jalan mana yang
terbaik yang kita dapatkan, yang kita lakukan adalah berusaha.
Dan semoga
mereka yang bersungguh-sungguh dalam belajar dan menuntut ilmu dan berusaha
mendapatkan keberkahan ilmu tersebut. Maka, merekalah yang akan mendapatkan
hasil yang maksimal serta hidayah dan kebaikan dari Allah.
"Mendekatlah pada-Nya, maka Dia akan memberikan Ilmu-Nya."
0 comments:
Post a Comment
comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...