hover animation preload

Bebas itu Berasal dari Keinginan Hati
by Abdushshabur Rasyid Ridha in , ,


"...selama kita menyadari bahwa hal tersebut adalah semata keinginan hati kita maka yang pahit pun akan terasa manis pada akhirnya."

Tinggal di asrama pada awalnya menjadi hal yang begitu diidamkan. Banyak sekali ekspektasi luar biasa yang aku pendam sebelum aku berasakan bagaimana kehidupan berasrama. Di dalam pikiran ku hidup berasrama berarti hidup bersama-sama dan menanggung kesenangan dan kesulitan secara bersama-sama. Saling menularkan keunggulan masing-masing kepada penghuni asrama lain, saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Intinya yang aku pikirkan tentang asrama adalah sebuah tempat tinggal dengan penuh dinamika dan kebersamaan di dalamnya. Kemudian satu alasan terakhir yang membuat ku beranggapan bahwa tinggal dia asrama itu akan menyenangkan adalah seperti kata pepatah “rumput tetangga memang terlihat lebih hijau dari rumput sendiri.”

Dengan segelintir ekspektasi tersebut akhirnya aku memutuskan pidah dari kos-kosan, sebelumnya aku memang sudah hidup bersama-sama, dengan teman-teman seperrmainan saat SMA. Namun dengan keputusan ku berpindah ke asrama aku berharap untuk keluar dari comfort zone dan berproses menjadi diri yang lebih baik lagi. Setelah di fase awal menikmati kehidupan berasrama rasa-rasanya aku sudah mulai kerasan dengan situasi seperti ini, sampai akhirnya…

Aku merasa seperti kehidupanku mulai terbatasi layaknya hidup di sangkar emas, segala hal ada aturannya, mau ini di atur mau itu diatur, jam segini ada agenda itu jam segitu ada agenda ini. Hari ini aku harus piket ini, membersihkan itu dan segala hal lainnya. hingga kemudian aku merasa segala rutinitas tersebut membuat hari-hari ku mulai kacau balau, bangun kesiangan, lupa sarapan, tidak sempat mengerjakan tugas, agenda organisasi bentrok dan segala keluhan hidup lainnya.

Aku mulai berpikir apakah aku cocok untuk hidup berasrama seperti apa yang pada awalnya aku pikirkan. Dalam periode tersebut aku merasakan kerinduan untuk kembali tinggal di kos-kosan, bukan karena aku tidak betah hidup di asrama, tapi karena ada hal yang seperti membuatku ‘terpenjara’. Di saat pikiranku seperti itu, sekali dua kali aku sering ‘kabur’ dari asrama dan mampir ke kosan untuk bersenda gurau dengan teman-teman lama. Dalam kondisi itu aku terus berpikir apakah keinganan ku untuk tinggal di asrama adalah kehendak ku sendiri, apakah aku bahagia di sini, apakah ini memang tempat yang cocok untuk ku. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian mengiringi hari-hari ku di awal kehidupa berasrama.

Aku kemudian mulai berpikir positif, masukan-masukan serta cerita dari beberapa pihak tentang kehidupan berasarama membuatku mulai berpikir positif. Saat itu aku berpikir bahwa paling tidak hidup di asrama bukanlah seperti hidup di sangkar emas. Tingga di asrama ini adalah pilihan hidupku, kalau aku menyesal berarti aku sudah menyiakan potongan hidup ku tersebut untuk hal yang tidak berguna. Aku pun sadar dengan upaya ku mengubah persepsi tersebut saat itu pula aku seperti bebas dari penjara, aku pun mulai menikmati segala hal yang pada awalnya ku anggap bagai hidup di ‘sangkar emas’.

Aku sadar bahwa ketika kita berpikir untuk tidak ingin berada di suatu tempat, maka alam bawah sadar kita akan terus-menerus mencari alasan pendukung dan pembenaran tentang pikiran kita tersebut. Di manapun tempatnya, senyaman apapun fasilitasnya tempat tersebut akan tetap menjadi sebuah penjara bagi diri kita.

Tak hanya tentang tempat tinggal, ‘kondisi di mana kita tidak ingin berada’ ini akan memaksa kita untuk keuar dari sana dan merasa tidak nyaman dengan situasi apapun. Hal ini berlaku juga dengan pekerjaan yang kita kerjakan, hubungan yang kita jalani, organisasi yang kita ikuti, bahkan jurusan kuliah yang kita pelajari. Selama kita merasa tidak ingin berada di sana, maka kita akn seperti berada di dalam penjara sekalipun penjara tersebut seperti sebuah sangar emas, tempat itu tetaplah menjadi penjara bagi kita.

Ketika aku sudah mengubah persepsiku tentang kehidupan berasrama ini, aku pun mulai bisa menjalani dan menikmati kehidupanku di asrama. perlahan-lahan segala rutinitas arama ini jadi mulai menyenangkan, padahal awalnya aku merasa bahwa hal tersebut mengganggu hidup ku, tapi kini tidak lagi aku telah bebas. Aku merasakan kesenangan dan kepuasan tentang apapun yang aku lakukan di asrama ini. Satu hal yang aku dapatkan bahwa selama kita menyadari bahwa hal tersebut adalah semata keinginan hati kita maka yang pahit pun akan terasa manis pada akhirnya.

*tulisan ini terispirasi dari potongan cerita yang berjudul “Dunia Bebas” dalam buku “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”

1 comments:

Unknown said...

Susah menang di situs lain ???
Ayo daftarkan diri anda di CROWNQQ
Raih kemenangan Dengan AGEN BANDARQ CROWNQQ
Bonus Refferal 20%
Bonus Turn Over 0,5%
WHATSAPP : +855967646513
PIN BB : 2B382398

Post a Comment

comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...