hover animation preload

Sebatas Barang Bekas
by Abdushshabur Rasyid Ridha in



Suatu hari enam belas orang mahasiswa berinisiatif untuk mengadakan suatu proyek sosial. Rencananya mereka akan menyumbangkan bantuan berupa pakaian-pakaian bekas untuk diberikan ke suatu daerah. Daerah tersebut terdapat sebuah desa yang sangat miskin bahkan untuk pakaian saja penduduknya masih sangat kekurangan. Mereka kemudian membagi-bagikan pakaian bekas, sarung , baju dan semua jenis pakaian lainnya dari sumbangan ke-enam belas mahasiswa tersebut kepada penduduk setempat. Dan semua barang bekas pakai tersebut diterima dengan penuh suka cita dan senang hati oleh masyarakat desa itu.

Setelah selesai menjalankan proyek sosialnya, ke-enam belas mahasiswa tersebut hendak pulang, bukan hanya lambaian tangan yang mencerminkan rasa terima kasih masyarakat desa itu, bahkan pandangan mata mereka ketika hendak melepas para tamu yang sangat baik hati itu menggambarkan rasa syukur mereka yang sangat mendalam.
Salah seorang mahasiswa dalam rombongan mobil itu kemudian menangis seakan-akan tak kuasa menahan rasa haru yang sangat.

“Mengapa kau menangis? Tak usahlah engkau menangis,” ujar salah seorang lainnya berusaha menenangkannya, “mereka sudah sangat gembira atas apa yang kita berikan kepada mereka.”

“Iya, harusnya kita ikut bahagia seperti apa yang mereka rasakan, bukannya bersedih.” Komentar salah satu temannya yang lain.

Tetapi anak muda yang menangis tadi seperti tidak mendengar ucapan dari teman-temannya tersebut. Ia masih saja terus tersedu menahan haru. Setelah tangisnya mulai mereda, salah seorang temannya yang lain mencoba mencari tahu mengapa ia menangis, “aneh sekali kau ini, sebenarnya apa yang kau pikirkan? Harusnya kan kau juga bergembira sehabis menggembirakan fakir miskin.”

Kemudian anak muda ini menjawab, “apakah kalian ingin tahu mengapa aku menangis? Ya, aku sangat terharu dengan penduduk di sana, dengan diberi baju bekas saja rasa terima kasih mereka sudah sedalam itu, apalagi kalau yang kita berikan kepada mereka itu berupa pakaian baru, atau hal baru lainnya yang belum pernah kita pakai. Sayangnya, keikhlasan kita dalam berinfaq masih sebatas barang bekas saja. Kapan ya kita bisa meningkatkan drajat keikhlasan kita untuk berinfaq dengan barang-barang yang sangat kita senangi?”

0 comments:

Post a Comment

comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...