“harusnya kita dapat berbuat baik kapan saja dan di mana saja, entah ada yang menilai atau tidak”. dan ketahuilah bahwa “peluang untuk berbuat baik itu selalu terbuka lebar, dan kita tidak perlu menunggu sebuah memon tertentu untuk melakukan sebuah kebaikan”.
Suatu ketika saya pernah mengikuti suatu kegiatan pelatihan yang diadakan oleh sebuah organisasi di kampus Universitas Indonesi. Sebuah kegiatan yang memang dirancang untuk meng-uprade kemampuan anggotanya, baik secara mental maupun secara skills organisasinya. Para peserta pelatihan tersebut kemudian dibentuk mejadi beberapa kelompok kecil. Acara ini memang sengaja diadakan di luar kampus, hal itu sendiri memiliki beberapa maksud tertentu salah satunya adalah dengan begitu dalam kelompok, kami dapat lebih berinteraksi dan bekerja sama dengan baik. Hal tersebut dikarenakan kelompok-kelompok kecil kemudian ditugaskan untuk mencapai tempat tujuan bersama-sama dengan menggunakan angkutan umum.
Tidak hanya diminta berangkat ke tempat tujuan secara berkelompok, selama diperjalanan kami pun diberikan beberapa tugas yang harus kami laksanakan sebagai tiket untuk mengikuti kegiatan selanjutnya. Diantara sekian banyak tugas yang diberikan sewaktu diperjalanan, ada satu tugas yang hikmahnya masih saya rasakan dan saya aplikasikan sampai saat ini. Yaitu, tentang berbuat baik kapan saja dan di mana saja. Di dalam tugas tersebut dijelaskan bahwa kami saat itu diminta untuk mencatat perbuatan baik apa saja yang telah kami lakukan selama diperjalanan menuju tempat tujuan.
“Berbuat baik itu jangan ditung-itung”, itulah pernyataan yang saat itu saya pikirkan ketika pertama kali mendengar tugas seperti itu. “selain itu saya juga tidak ingin berbuat baik ketika diminta melainkan atas kesadaran sendiri”, tetapi nyatanya walaupun sudah tahu akan dinilai dan dihitung apa saja perbuatan baik yang dilakukan tetap saja pada akhirnya tidak banyak yang bisa saya catat dari apa yang saya lakukan selama di perjalanan. Sampai akhirnya kami sampai ditujuan akhir dan kemudian saat itu pulalah waktunya penyampaian hikmah dan maksud dari tugas tadi.
Ketika saya ditanya tentang hikmah apa yang dapat saya petik dari tugas tadi, pernytaan saya di ataslah yang menjadi jawabannya. Namun ternyata, apa yang saya pikirkan tidak sepenuhnya tepat. Menurut panitia memang benar meakukan kebaikan itu tidak perlu dihitung-hitung, namun poin utama yang dapat dipetik adalah “harusnya kita dapat berbuat baik kapan saja dan di mana saja, entah ada yang menilai atau tidak” selain itu dengan tugas tadi kita belajar bahwa “peluang untuk berbuat baik itu selalu terbuka lebar, dan kita tidak perlu menunggu sebuah memon tertentu untuk melakukan sebuah kebaikan”.
Setelah mendengar penjelasan dari panitia akhirnya saya menjadi sadar bahwa selama ini saya banyak sekali melewatkan peluang-peluang emas untuk berbuat baik. Saya masih suka merasa ragu ketika hendak menolong orang lain, saya masih suka bertanya-tanya dalam hati sebelum berbuat baik. Padahal, andaikan saya sudah menyadari hal itu sebelum-sebelumnya mungkin saya tak perlu lagi ragu untuk menolong orang lain. Dan andaikan pula hikmah ini dapat dibaca dan diterapkan oleh banyak orang, maka kita tidak akan lagi merasa asing ketika melihat banyak orang yang melakukan perbuatan baik secara mereka sadari. Dan lingkungan sekitar akan terbiasa dengan budaya tolong-menolong serta prilaku positif lainnya.
Karena memikirkan perbuatan baik itu saja ternyata termasuk ke dalam kategori suatu perbuatan yang baik, apalagi kita mampu menyampaikan serta mengaplikasikan hal-hal yang baik yang ada di dalam pikiran kita tadi ke dalam dunia nyata, di kehidupan kita sehari-hari. Maka dari itu mualailah berpikiran tentang hal-hal baik apa yang dapat kita lakukan hari ini, dan jangan sia-siakan peluang kebaikan sekecil apapun.
0 comments:
Post a Comment
comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...