hover animation preload

Kritik itu (de)Konstruktif
by Abdushshabur Rasyid Ridha in ,

“Seseorang tentunya ingin mendapatkan apresiasi dan seseorang juga tentunya sangat ingin menghindari kritik” –Abdushshabur-

Kritik, sebuah kata unik yang sangat menarik untuk dibahas. Setiap orang tentunya pernah mendapatkan kritik dari orang lainnya, dan terkadang orang yang dikritik akan menempatkan dirinya sebagai pihak defensif yang akan melakukan berbagai cara untuk melindungi dirinya dengan pembenaran-pembenaran yang rasional. Apakah itu tujuan dari kritik? Tentunya ada maksud yang terselip dibalik kritik yang diberikan oleh seseorang kepada orang lainnya. Mungkin bagian terpentingnya adalah bagaimana hubungan antar dua orang tersebut, hubungan yang baik akan membangun persepsi -orang yang dikritik- konstruktif terhadap kritikan yang ia terima. Sebaliknya hubungan yang buruk akan menimbulkan persepsi ingin dijatuhkan atau dekonstruktif dari orang yang menerima kritik. Benar atau tidak pengalaman anda sendiri yang bisa menjawabnya.

Dan ada hal penting yang harus dipahami oleh orang-orang yang suka memberikan kritik (mungkin juga masukan untuk diri penulis pribadi), yaitu “berpikir sebelum berbicara (mengkritik)”. Coba awali dengan berpikir, apa yang akan terjadi setelah seseorang menerima kritik dari anda. Apakah akan menimbulkan dampak yang positif ataukan justru akan menimbulkan sebuah perselisihan atau bahkan permusuhan, kalau hasilnya adalah yang kedua, lebih baik kita menahan hasrat untuk memberikan kritik tersebut.

Sebaik-baiknya cara orang memberi kritik, tidak lebih baik dari pada memberikan sebuah apresiasi dan nasihat. Ingat kritik tidak sama dengan nasihat, dalam kesehariannya nasihat lebih cenderung berupaya mencari solusi dari masalah sedangkan kritik justru memunculkan masalah-masalah yang baru.

Sedikit mengulas kembali tentang bagaimana gambaran seseorang yang menerima kritik. Seseorang yang menerima kritik cenderung akan bersifat defensif dan memungkinkan dirinya untuk mencari-cari kambing hitam dari apa yang ia lakukan, mungkin mereka akan mengakui kesalahannya tapi mereka akan berusaha mencari kesalahan dari orang-orang di luar dirinya sendiri. Yang mungkin akan mereka katakana saat membela dirinya adalah, “ya saya memang telah melakukan kesalahan tersebut, tapi…”

Dan bahkan untuk orang-orang yang ‘hatinya lemah’, ketika ia mendapatkan kritik mungkin mereka akan menjadi sedikit phobia atas apa yang dilakukan, dan yang berbahaya adalah mungkin di lain waktu ia tidak akan mau lagi untuk melakukan sesuatu tersebut. Disaat seperti itu secara tidak sadar kita telah mematikan potensi yang dimiliki oleh orang yang kita kritik, -padahal tujuan kritik kita adalah untuk ‘membangun’ ternyata kita justru merusaknya-.

Pernah dengar analogi ‘uang receh’ untuk mereka yang suka mengkritik? Coba simak sedikit penjelasan ini. Uang receh itu tentunya memiliki nilai nominal yang kecil kan? Namun apa yang dilakukan uang receh saat mereka ada di saku baju dan celana anda, atau bahkan saat uang receh itu ada dicelengan anda? Mereka akan terus mengeluarkan bunyi-bunyi nyaring yang berisik dan tentu saja mengganggu. Begitupula orang-orang yang suka mengkritik, tentunya mereka juga telah mengganggu orang-orang yang mereka kritik.

Inti dari tulisan ini sebenarnya bukan tidak setuju dengan kritik, tetapi hanya berupaya menghindarinya. Karena mencegah dari hal yang negartif lebih baik dari pada mengambil sedikit manfaat. Solusinya mungkin akan lebih baik jika kita menunggu seseorang meminta kritik tersebut dari kita, sehingga yang kita lakukan adalah atas dasar persetujuan orang tersebut. Cobalah menahan diri untuk melakukan hal tersebut (mengkritik), dan mulailah untuk mengerti dan memahami mengapa mereka melakukan hal tersebut. Dan untuk anda yang –sudah terlanjur- pernah menerima kritik, berusahalah untuk lapang dada menerimanya. Karena tidak ada makluk yang sempurna dan kita semu tahu hal itu.

“Setiap manusia di dunia pasti punya kesalahan tapi hanya yang pemberani yang mau mengakui, setiap manusia di dunia pasti pernah sakit hati, hanya yang berjiwa satria yang mau memaafkan” –Sherina-

0 comments:

Post a Comment

comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...