Suatu hari seorang teman datang mengunjungi ke kediaman saya. Pada awalnya saya pikir kedatangannya hanyalah untuk ber-silaturahmi biasa saja. Sampai akhirnya ia akhirnya mengungkapkan maksud kedatangannya berkunjung, yaitu untuk mengajak saya ikut serta dalam rencananya membuat sebuah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang bertemakan tentang pengolahan dan daur ulang sampah, yang dalam pelaksanaannya akan melibatkan anak-anak jalanan di sekitar lingkungan Universitas Indonesia. Awalnya saya sangat menyetujui dan menyukai gagasan teman saya ini, namun dengan berat hati saya menolaknya lantaran saya sendiri saat itu sedang berada di posisi yang sangat menyibukan waktu dan pikiran saya. Dalam hati saya bergumam, “sepertinya ini bukan ranah kontribusi saya.”
Banyak sekali alasan yang melatarbelakangi saya berpikiran seperti itu, dan mungkin alasan saya ini tidak jauh berbeda dari mahasiswa-mahasiswa lainnya, yaitu kesibukan organisasi. Kegiatan yang satu ini nyatanya telah menguras waktu, pikiran serta tenaga saya dalam beberapa bulan ini. Bukan berarti dengan kondisi yang seperti itu membuat saya tidak dapat berkontribusi. Karena menurut saya berkontribusi adalah bersedia melakukan suatu kegiatan atau aktivitas yang menguras tenaga dan pikiran untuk kepentingan publik. Sehingga berkontribusi juga dapat dilakukan di organisasi tempat saya berada sekarang. Bahkan oleh siapa saja dan di mana saja.
Berkontribusi bagi Mahasiswa Biasa
Pada tulisan kali ini bukan tentang PKM atau tentang organisasi yang akan saya ulas, melainkan saya akan membahas kontribusi dari sudut pandang mahasiswa biasa (bukan mahasiswa organisatoris ataupun aktivis). Tulisan ini tidak bermaksud menyinggung, melainkan mengajak bersama-sama untuk memberikan sesuatu hal yang terbaik untuk FISIP UI. Mahasiswa biasa pada dasarnya tidak memiliki kapabilitas yang jauh berbeda dari mereka yang aktif organisasi, yang membedakan hanyalah dari ‘kemauan’ saja.
Lalu apa yang mampu diberikan oleh mahasiswa biasa yang cenderung pasif dan tidak memiliki suatu wadah nyata untuk berkontribusi? Yang harusnya dilakukan adalah memulainya dari hal-hal yang kecil. Saya jadi teringat tentang ilmu yang saya dapat dari mata kuliah MPKT (Mata kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi), di dalam mata kuliah tersebut telah banyak dijelaskan hal-hal kecil yang bermanfaat yang dapat kita lakukan untuk kepentingan banyak pihak. Memungut sampah yang tercecer di jalan misalnya. Bukankah hal tersebut merupakan salah satu wujud konkrit dari sebuah kontribusi?
Sebuah bentuk kontribusi nyatanya dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak peduli apakah dia seorang aktivis ataupun seorang organisatoris. Layaknya kita tidak terpaku pada anggapan bahwa sebuah bentuk kontribusi hanya dapat dilakukan oleh mereka yang berada dalam wadah-wadah organisasi tertentu atau mereka yang duduk di lembaga-lembaga tertentu. Sadarilah bahwa pada dasarnya setiap orang, setiap mahasiswa, memiliki potensi dan kompetensinya masing-masing.
Kontribusi Kecil untuk Perubahan Besar
Intinya tak perlu muluk-muluk untuk memulai berkontribusi. Tak perlu berkecimpung terlebih dahulu di lembaga mahasiwa untuk memulai berkontribusi, atau untuk berkontribusi kita juga tidak harus berkutat membuat sebuah PKM tentang pengabdian masyarakat yang justru malah menyulitkan diri kita sendiri. Cukuplah dengan kita bersedia melakukan kebaikan-kebaikan kecil untuk kepentingan sekitar kita. Karena suatu hal kecil yang kita lakukan mungkin tak berarti di mata masyarakat sekitar, namun bukan tidak mungkin sesuatu hal kecil tersebut dapat menjadi contoh bagi orang lain yang memperhatikan prilaku kita tersebut. Dan yang terpenting dari semua itu, lakukanlah setiap halnya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Pesan saya yang terakhir, jangan sampai nantinya kita hanya bisa menjadi penonton di tengah arus perubahan yang terjadi di sekitar kita tetapi jadilah bagian dari golongan tersebut. Karena perlu disadari bahwa sebuah bentuk kontribusi yang dilakukan oleh mahasiswa tidak akan menjadi penting apabila tidak ada kesadaran dalam individu mahasiswa itu sendiri. Serta kesadaran segelintir pihak juga tidak cukup mampu menghasilkan sebuah perubahan.
Karena tidak dapat dipungkiri bahwa suatu perubahan akan menjadi lebih cepat dan lebih baik manakala dilakukan secara bersama-sama. Kesamaan kesadaran yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang dilandasi dengan satu hati ini menjadi lebih konsisten serta lebih mudah dalam bergerak, konkrit untuk berkontribusi dan berpartisipasi.
Nb:
Alhamdulillah ketika saya menuliskan tulisan ini, saya telah melaksanakan apa yang saya tuliskan tersebut. Saya telah berhasil mengirimkan PKM GT untuk PIMNAS 2012 dan Alhamdulillah lagi saya juga sudah dapa memberikan gagasan-gagasan dan ide saya melalui tulisan untuk dipublikasikan di media cetak nasional.
2 comments:
Good job.
Good job.
Post a Comment
comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...