Membaca judul di atas, maka orang-orang yang kritis tapi iseng pasti akan berkomentar "menulis pake hati? Bukannya menulis itu pake tangan ya?" memang betul, jika kita menulis dalam arti yang sebenarnya maka tanganlah yang kita gunakan. Nah, untuk menulis yang mampu membuat tulisannya sampai kepada hati pembacanya maka, diperlukan juga menulis dengan hati. Mengutip perkataan salah seorang teman, "jika tulisan kita ingin menginspirasi dan mengena di hati pembacanya, maka tulislah sebuah tulisan yan menginspirasi tersebut dengan hati juga. Karena sesuatu yang ditulis dengan hati akan sampai ke hati juga."
Lalu apa gunanya menulis dengan hati dan membuat tulisan kita sampai ke hati pembaca? Jelas, salah satunya tentu karena kita ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain kan? Nah, menulis dengan ekspektasi seperti itu menurut saya akan menjadikan kita sebagai sebaik-baiknya penulis. Mengutip sabda Rasulullah, "sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang mampu memberikan kebermanfaatan bagi orang lain disekitarnya". Jika setuju dengan alasan di atas maka, mulailah dari sekarang biasakan menulis dengan hati.
Manfaat yang banyak ternyata memiliki hambatan pula, dan menulis dengan hati itu ternyata tidak semudah menulis biasa, karena menulis dengan hati adalah sama dengan menulis sesuatu yang luar biasa. Lalu bagaimana caranya agar kita dapat menulis dengan melibatkan hati kita dalam sebuah tulisan sehingga tulisan kita juga sampai kepada hati pembacanya? Berikut pendapat saya pribadi perihal cara agar kita mampu menulis dengan hati, pertama mulai tuliskanlah apapun hal yang kita amati, sedang kita pikirkan dan sedang kita rasakan. Mulailah dengan menggunakan kemampuan otak kanan untuk menuliskan hal-hal tadi, maksudnya menggunakan otak kanan adalah dengan kita membiarkan semua hal-hal tadi tertuang dalam tulisan dan jangan dulu pikirkan tentang bagaimana hasil tulisannya, terus lanjutkan sampai semua hal tadi tertuang dalam tulisan setelah itu baru mulai pikirkan untuk mengedit tulisan tadi.
Yang terakhir, menulislah selayaknya kita yang sedang berada di posisi pembaca dan jangan biarkan kita merasa puas dengan apa yang telah kita tuliskan, baca kembali tulisan tersebut dan dalam kondisi seperti inilah unsur keterlibatan hati sangat diperlukan, setelah selesai dengan kedua hal tadi barulah kemudian izinkan teman-teman kita yang lain untuk membaca tulisan kita tersebut.
Cara di atas memang tidak menjamin keberhasilan menulis dengan hati karena cara tersebut hanyalah sekedar bersumber dari pengalaman saya pribadi, tetapi paling tidak dengan begitu kita sudah berhasil mencoba membuat tulisan yang melibatkan hati kita, bukan sekedar dari referensi, atau inspirasi dari orang lain atau bahkan mencontek tulisan orang lain. Intinya jangan biarkan apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan tidak kita tuangkan dalam sebuah tulisan. Maka dari itu saran saya pada anda adalah mulai berfikir bahwa kita harus mengasah kemampuan kita dalam menulis, “menulislah atau terlupakan”.
0 comments:
Post a Comment
comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...