hover animation preload

Hidup itu Pilihan, Bertahan atau Menyerah
by Abdushshabur Rasyid Ridha in , , ,

“Serba salah”, itulah pernyataan yang dapat ku katakan saat ini. Bagaimana tidak, pada semester yang lalu keseharianku benar-benar membosankan, jarang sekali aku disibukkan dengan kegiatan ini dan itu. Namun, pada semester 3 ini, semuanya seakan berubah 180 drajat. Yang sebelumnya hampir selalu bisa pulang ke kosan setelah ashar, sekarang ini sudah tidak bisa lagi. Sebelumnya aku terkadang bingung harus mengisi waktu kosong ku untuk melakukan apa, kini seakan waktu kosong yang ada hanya bisa ku manfaatkan untuk tidur saja.

Pada semester yang lalu aku memang sempat berpikir untuk kedepannya bisa lebih produktif lagi, tetapi apa yang kulakukan sekarang justru tidak berbanding lurus dengan apa yang kubayangkan sebelumnya. Kesibukan ku sekarang tidak terlalu berdampak pada peningkatan diri ku.

“Sudah cukup mengeluhnya, aku tidak ingin lagi larut dalam pemikiran-pemikiran yang nantinya justru menjerumuskanku ke jurang kemalasan”. Yang sekarang dapat ku lakukan adalah berusaha agar memperbaiki hal-hal yang ada di depan karena masih banyak yang harus ku kejar. Dan aku jadi teringat, sebelumnya aku sendiri sempat menjadi seorang penasihat untuk seorang teman yang mungkin posisinya saat itu memiliki kesamaan dengan posisiku saat ini.

Teman ku itu sempat mengeluh kepada ku, dan ia menceritakan kalau ia saat itu bingung untuk menentukan prioritas. Kemudian aku memberikan saran padanya agar ia tetap menjalani kehidupannya, tapi andaikan sudah merasa tidak sanggup lagi ku sarankan padanya untuk berani memilih.

“Hidup adalah pilihan, cerita hidup tidak akan berlanjut jika kita tidak memiliki keberanian untuk memilih”. Hal itulah yang saat itu kukatakan padanya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk melepas salah satu tanggung jawabnya di salah satu organisasi dengan harapan ia akan lebih santai dalam menjalani hidupnya serta dapat lebih fokus untuk menyelesaikan tanggung jawab di tempat yang lain.

Bahkan sebelumnya juga ada salah seorang teman yang meminta nasihat dari ku tentang apa yang harus ia pilih di antara dua pilihan yang kedua-duanya sebenarnya baik dan ia dibutuhkan di sana. Untuk kasus ini, aku katakan padanya bahwa jika memang kedua-duanya baik ia tetap harus memilih dengan pertimbangan yang terbaik pula. Bukan berusaha mencari keburukan di antara keduanya tetapi melihat mana yang lebih baik dan lebih bermanfaat untuknya dan lingkungan sekitarnya.

Setelah ku ingat-ingat kembali, ternyata aku pernah menjadi seorang penasihat yang baik tapi saat aku yang berada dalam posisi tersebut aku sempat tidak bisa menasihati diriku sendiri. Hal tersebut memang cukup manusiawi, tetapi tetap saja aku menjadi merasa bersalah karena aku tidak mampu menasihati diri sendiri.

Aku memang menyesalkan hal itu, tetapi aku bukan meratapinya yang aku lakukan kemudian adalah tetap berusaha menjalani apa yang sudah menjadi pilihanku sebelumnya. Bagaimanapun hasilnya nanti, aku akan tidak akan pernah mau menjilat ludahku sendiri, aku akan berusaha menjalankan apa yang sebelumnya pernah kunasihatkan untuk orang lain.

Aku akan bertahan, tak akan menyerah untuk menjalani kehidupanku saat ini. Kini aku sadar tentang makna sebuah pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik, karena ketika kita memiliki pengalaman terkait sebuah situasi atau kondisi tertentu kita akan menjadi lebih memahami dan mengerti tentang permaslahan tersebut, sehingga kita menjadi lebih berani untuk mengambil sebuah pilihan hidup.

Namun jangan jadikan pengalaman tersebut menjadi sebuah penghalang dari kebenaran, dan memaksa kita untuk tidak memilih karena kita terlalu sibuk memikirkan keburukan yang mungkin terjadi berdasarkan pengalaman tersebut. Karena “Hidup adalah pilihan, cerita hidup tidak akan berlanjut jika kita tidak memiliki keberanian untuk memilih”.

0 comments:

Post a Comment

comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...