Tak terasa saat ini sudah memasuki pertengahan bulan desember, masa kuliah ku di semester 3 pun sebentar lagi akan berakhir. Namun, ketika aku mencoba bertanya pada diriku sendiri, tentang perubahan apa saja yang telah terjadi pada diriku dalam medio 1 tahun lebih ini, jawabannya adalah “tidak banyak”.
*****
“jangan pernah mau diam di comfort zone kamu! Selalu kejar gairahmu. Segala kesuksesan akan kembali kepada diri kamu sendiri, juga dari teman-teman dekatmu.”
Kata-kata ini begitu terngiang-ngiang di ingatanku. Pasalnya, aku meyakini hal ini lah yang membatasi perkembangan diriku selama ini, aku merasa bahwa selama ini aku kurang berani untuk mencoba hal yang baru mencoba susana dan kondisi yang baru. Lebih tepatnya aku kurang berani untuk keluar dari “comfort zone” (zona nyaman).
Mencari kondisi yang paling aman dan tetap bertahan dengan comfort zone-nya adalah suatu kecendrungan yang dimiliki oleh setiap manusia, dan hal itu juga berlaku bagiku. Aku hanyalah seorang mahasiswa yang yang sedang mencari jadi diri dan kecendrungan ini seakan menghambat untuk menemukan jati diriku yang baru.
Yang aku definisikan sebagai comfort zone adalah lingkungan di kehidupan ku yang sudah sangat ku kenal dengan baik, lingkungan yang tidak memiliki banyak kejutan dalam hidup ku, dan lingkungan yang memiliki tidak terlalu banyak masalah untuk ku hadapi. Kondisi ini bagaikan ‘kasur nyaman’ yang menahan kita untuk bangun dan mencari tantangan hidup.
Comfort zone memang kelihatannya baik tetapi tak selamanya zona nyaman itu ‘nyaman’. Analogi tentang sifat seekor kodok, seekor kodok memiliki kebiasaan akan menyesuaikan kenaikan tempratur suhu tubuhnya dengan lingkungannya. Jika kodok dimasukkan ke dalam air dingin kemudian dipanaskan, suhu tubuh kodok akan mengikuti kenaikan temperatur. sehingga andaikan seekor kodok tersebut direbus di dalam kuali maka mungkin saja ia tidak sadar bahwa ia sedang direbus.
Kondisi seperti itu mungkin juga akan dialami manusia jika terus menerus berada di zona nyaman-nya. Mungkin analogi di atas sedikit berlebihan, namun pada intinya analogi tadi coba menjelaskan bahwa manusia akan selalu mempersepsikan bahwa selama ia berada di comfort zone ia akan baik-baik saja, padahal jika berada terus menerus di dalamnya manusia dijalmin tidak akan berkembang bahkan cenderung kualitanya akan menurun.
Hal tersebut (meninggalkan zona nyaman) masih belum dapat ku kalahkan, padahal sebelumnya aku telah memahami bahwa jika seseorang hanya mau melakukan sesuatu hal yang sudah dipahaminya, memang hasilnya akan menambah pengalaman bagi pelakunya, namun ia tidak akan lagi mampu mengembangkan pengetahuannya dari sesuatu hal lainnya. Ia akan berhenti tumbuh, karena hakikat pertumbuhan dan perkembangan itu adalah berkembangnya pengetahuan dan bertambahnya pengalaman.
Aku memiliki banyak impian, aku memiliki cita-cita besar yang ingin aku raih namun bagaimana mungkin aku mampu mewujudkan semua impian dan cita-citaku jika untuk keluar dari comfort zone saja aku tidak berani.
Kini aku sadar, untuk mewujudkan impian ku saat ini aku harus berani mengambil keputusan, Aku juga tahu setiap hal baru yang akan aku coba tentunya memiliki konsekuensinya masing-masing. Maka dari itu aku harus siap menghadapi setiap hambatan dan tantangan yang akan menghadangku kelak, itulah yang aku pikirkan.
0 comments:
Post a Comment
comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...