hover animation preload

Sahur
by Abdushshabur Rasyid Ridha in ,

#Day2

"Alangkah bahagianya orang yang menikmati sahurnya dengan penuh bergairah, menyambut puasa tanpa gundah. Terus menerus beribadah tak kenal lelah."

Masih di Jakarta, dan masih dengan harapan yang sama, “ingin menuliskan kisah inspirasi dari keseharianku selama 30 Hari di Ramadhan 1433”. Namun momen yang ku hadapi kali ini menjadi sedikit berbeda di hari sebelumnya. hari ini aku tak tidur di asrama melainkan di rumah orang tua ku sendiri. Dan yang membuatnya berbeda adalah momen santap sahur hari ini.

Sahur adalah sebuah momen kekeluargaan yang tidak dapat digantikan dengan makan malam (dinner) di laur rumah dengan makanan yang mewah sekalipun. Sahur memiliki makna kebersamaan tersendiri, setidaknya itulah yang aku rasakan selama hampir 13 tahun menjalani puasa Ramadhan.

Namun untuk kali ini sahur pertama sepertinya tidak akan sama. Untuk pertama kalinya aku tidak berkesempatan untuk sahur bersama keluarga di momen puasa Ramadhan hari pertama. Hal ini sudah dapat ku prediksikan dari beberapa hari yang lalu, mengingat saat ini aku tinggal di sebuah asrama yang di dalamnya diatur sebuah sistem, dan aku harus mematuhi bahwa aku tidak boleh menginap selain di asrama selama hari minggu malam sampai hari jum’at (kecuali hari sabtu).

Akhirnya untuk Ramadhan pertama kali ini aku harus ikhlas untuk melewatkan momen kebersamaan bersama keluarga tercinta. Memang pada dasarnya ada sedikit rasa penyesalan, namun semua terobati ketika momen kebersamaan itu tergantikan seiring santap sahar bersama 31 penghuni asrama pagi kemarin.

*****

Alhamdulillah Allah kembali memberikan kebersamaan itu lagi kepada ku. Puasa hari kedua ini ku awali dengan momen sahur bersama kedua orang tercinta dan kedua adik yang (kadang) tersayang. Lauk yang kami makan hari ini memang tidak luar biasa, namun prosesi sahur kali ini menurutku cukup berkesan bagi jiwa dan raga ku.

Dimulai dari obrolan dari Ibu yang memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan seputar aktivitasku selama di tempat tinggal baru. Aku sangat antusias menjelaskan apa saja yang ku alami selam di sana. dan dari sini beliau mulai mengerti bahwa anaknya kini lebih bersemangat menjalani hidup, dan mengejar mimpi-mimpinya. dan yang paling menyenangkan adalah ketika aku dapat berbagi apa yang aku impikan dan diiringi doa langsung dari ibu tercita. oh bahagianya.

Ditambah lagi, tidak biasanya obrolan antara ayah dan anak kali ini menyinggung-nyinggung masalah menulis dan menerbitkan buku. Beliau memulai dengan pertanyaan sederhana, “Dho, kapan kamu libur?”, tanya ayah santai. “Wah, kalo libur mah, kayanya baru mulai seminggu menjelang lebaran yah,” jawabku singkat.

Di sinilah awal obrolan ini makin renyah dan lincah, bahkan sempat membangkinkan senyum dan memendam asa. Detailnya tak akan ku ceritakan sekarang dan intinya Ayah semakin menambah semangat dan gairahku untuk menulis. Kesimpulannya, sahur kali ini it's amazing.

1 comments:

affanibnu said...

habis sahur ya tidur lagi.. :D

*ini malah bikin gemuk

Post a Comment

comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...