#Day2
"Alangkah bahagianya orang yang menikmati
sahurnya dengan penuh bergairah, menyambut puasa tanpa gundah. Terus menerus
beribadah tak kenal lelah."

Sahur adalah
sebuah momen kekeluargaan yang tidak dapat digantikan dengan makan malam
(dinner) di laur rumah dengan makanan yang mewah sekalipun. Sahur memiliki
makna kebersamaan tersendiri, setidaknya itulah yang aku rasakan selama hampir
13 tahun menjalani puasa Ramadhan.
Namun untuk kali
ini sahur pertama sepertinya tidak akan sama. Untuk pertama kalinya aku tidak
berkesempatan untuk sahur bersama keluarga di momen puasa Ramadhan hari
pertama. Hal ini sudah dapat ku prediksikan dari beberapa hari yang lalu,
mengingat saat ini aku tinggal di sebuah asrama yang di dalamnya diatur sebuah
sistem, dan aku harus mematuhi bahwa aku tidak boleh menginap selain di asrama
selama hari minggu malam sampai hari jum’at (kecuali hari sabtu).
Akhirnya
untuk Ramadhan pertama kali ini aku harus ikhlas untuk melewatkan momen
kebersamaan bersama keluarga tercinta. Memang pada dasarnya ada sedikit rasa
penyesalan, namun semua terobati ketika momen kebersamaan itu tergantikan
seiring santap sahar bersama 31 penghuni asrama pagi kemarin.
*****
Alhamdulillah
Allah kembali memberikan kebersamaan itu lagi kepada ku. Puasa hari kedua ini
ku awali dengan momen sahur bersama kedua orang tercinta dan kedua adik yang (kadang)
tersayang. Lauk yang kami makan hari ini memang tidak luar biasa, namun prosesi
sahur kali ini menurutku cukup berkesan bagi jiwa dan raga ku.
Dimulai dari obrolan dari Ibu yang memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan seputar aktivitasku selama di tempat tinggal baru. Aku sangat antusias menjelaskan apa saja yang ku alami selam di sana. dan dari sini beliau mulai mengerti bahwa anaknya kini lebih bersemangat menjalani hidup, dan mengejar mimpi-mimpinya. dan yang paling menyenangkan adalah ketika aku dapat berbagi apa yang aku impikan dan diiringi doa langsung dari ibu tercita. oh bahagianya.
Ditambah lagi, tidak
biasanya obrolan antara ayah dan anak kali ini menyinggung-nyinggung masalah menulis
dan menerbitkan buku. Beliau memulai dengan pertanyaan sederhana, “Dho, kapan kamu libur?”, tanya ayah santai. “Wah, kalo libur mah,
kayanya baru mulai seminggu menjelang lebaran yah,” jawabku singkat.
Di sinilah
awal obrolan ini makin renyah dan lincah, bahkan sempat membangkinkan senyum dan
memendam asa. Detailnya tak akan ku ceritakan sekarang dan intinya Ayah semakin menambah semangat dan gairahku untuk menulis. Kesimpulannya, sahur kali ini it's amazing.
1 comments:
habis sahur ya tidur lagi.. :D
*ini malah bikin gemuk
Post a Comment
comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...