“Transformasi
pola pikir itu secara langsung memengaruhi perubahan tingkah laku. Orang yang
tadinya suka meminjam buku dari orang lain kini sudah bisa untuk menjadi orang
yang meminjamkan bukunya kepada orang lain.”
Pola pikir seseorang tentu diatur oleh
kemauan seseorang itu sendiri. Ia dapat menentukan apa yang ia yakini berdasarkan apa yang ia anggap baik
dan apa yang ia anggap buruk. Namun bukan berarti kita tidak bisa terbuka
dengan perubahan pola pikir pada diri kita.
Pola pikir seseorang itu juga dapat terbentuk
menyesuaikan lingkungan di mana ia berada. Ketika seseorang hidup di lingkungan
terpelajar, maka ia cenderung akan lebih suka kegiatan-kegiatan yang sifatnya
dialektis dibandingkan kegiatan yang sifatnya hura-hura. Secara umum ketika
seseorang berada di lingkungan yang positif maka ia akan tertular pola pikir
positif dan jika ia berada di lingkungan negatif maka pila pikirnya cenderung negatif
juga.
Adapun hal yang dapat melatarbelakangi
mengapa pada akhirnya seseorang dapat mengalami perubahan pola pikir adalah
ketika Ia begitu banyak bersentuhan dengan pemikiran dan kepentingan lain di
luar dirinya. Seseorang mungkin dapat lari serta meninggalkan pergolakan
pemikiran dan kepentingan tersebut selama tidak bersesuaian dengan dirinya. Padahal
dengan kita mengenal berbagai pemikiran tersebut wawasan kita akan lebih
terbuka, dan kita dapat menentukan sikap dengan lebih yakin.
Salah satu contoh yang aku alami adalah
terkait kegiatan membaca dan membeli buku. Awalnya aku berpikir bahwa membeli
buku itu tidak lebih baik dari pada meminjam buku. Aku merasa bahwa aku akan
tetap mendapatkan manfaat yang sama dari sebuah buku ketika aku meminjam buku
tersebut dari orang lain. Sehingga tanpa aku harus membeli buku tersebut aku
sama sekali tidak merasa kehilangan manfaat dari pada harus membelinya sendiri.
Namun dengan adanya berbagai obrolan tentang
pro-kontra antara lebih baik meminjam atau memiliki buku dengan beberapa teman
akhirnya pikiranku mulai terusik. Meminjam buku memang akan menghemat
pengeluaran dan kita juga tetap bisa mendapatkan ilmu dari buku yang kita
pinjam.
Namun aku kemudian terusik dengan analogi
sederhana dari salah seorang teman ku tersebut yang mengatakan bahwa buku itu
ibarat harta, dengan buku kita bisa mewariskan ilmu yang bermanfaat kepada
generasi yang akan datang. Sedangkan kalau kita hanya meminjam buku sama saja
seperti kita meminjam ilmu. Ketika kita lupa dengan ilmu yang telah kita baca kita
tidak dapat membuka kembali ilmu tersebut.
Sampai akhirnya saat ini aku mulai memikirkan
hal itu dan berusaha mengubah pola pikir meminjam buku menjadi pemilik buku
bahkan sekarang (sering) menjadi orang yang meminjamkan buku. Pada akhirnya perubahan pola pikir ini dapat
terjadi ketika aku mulai bisa menerima berbagai informasi dan pendapat dari
lingkungan ku sekalipun itu kadang bertentangan dengan apa yang aku pikirkan. Bila
jutaan bahkan miliran manusia saja mau menerima informasi tertentu dan juga
memiliki pola pikir seperti itu berarti informasi tersebut pantas dipelajari.
Kemudian
aku berusaha untuk mengambil pelajaran dari informasi itu baik-baik sebelum
memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Sehingga apa yang menjadi pola
pikirku itu bukanlah semata-mata pengaruh dari lingkungan melainkan ditentukan
berdasarkan keinginan pribadi menyesuaikan dengan apa yang ia anggap baik dan
apa yang ia anggap buruk.
2 comments:
bagus sekali
terima kasih mas..
sepetinya mas khaidur suda baca beberapa tulisan di blog saya ini..
semoga tulisannya menginspirasi yaa.. :)
Post a Comment
comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...