Tidak aneh ketika seorang penulis di tengah-tengah produktifitasnya menulis
kemudian mengalami writer block. Writer block ini bisa muncul
karena berbagai faktor dan alasan. Bisa karena faktor internal atau bahkan
karena alasan dari diri sendiri. Tentunya fase ini menjadi hal yang paling
mengesalkan bagi seorang penulis. Mungkin sebagian dari mereka seperti sudah
tahu apa yang harus mereka lakukan, namun yang sulit adalah merealisasikannya
jadi aksi nyata.
Aku sendiri pernah mengalami fase writer block ini. Maksud hati
ingin selalu produktif menulis, apa daya alasan selalu menghalangi. Pada masa
ini aku hanya bisa mencari-cari jalan keluarnya dengan mulai menyibukkan diri
dengan kegiatan banyak membaca. Kata tips dan trik yang biasa ku baca di
blog-blog yang betebaran di dunia maya, writer block dapat diatasi
dengan banyak membaca. Karena membaca akan memberikan banyak informasi dan
pengetahuan untuk kemudian bisa dituliskan. Namun apa daya satu minggu ku lalui
tetap tanpa tulisan, dua minggu, tiga minggu sampai akhirnya aku bingung
sendiri apa yang seharusnya ku lakukan untuk menanggulangi writer block ini.
Bagaimana
pun menulis pada akhirnya adalah pekerjaan hati dan rasa. Menyalahkan faktor eksternal sama saja dengan halnya terus-menerus memberi excuse
pada diri sendiri. Akhirnya dalam kondisi (masih) writer block, aku
katakan pada salah seorang temanku, “gw pengen nulis buku nih, Insya Allah awal
tahun 2013 bakal diterbitkan.”
Cara ini cukup memberikan tekanan pada diriku sendiri untuk mampu
mengatasi writer block ini, namun belum sepenuhya berhasil. Jari-jemari ini memang tidak berproduksi
menghasilkan tulisan, namun otak ini akhirnya bisa bekerja menciptakan
ide-ide untuk dituliskan. Masalahnya terkadang overthinking justru malah membuat
otak semakin bingung dan tidak mampu bersinergisasi dengan jemari karena terhalang
perasaan semakin tertekan. Dalam kondisi ini kemudian aku teringat tentang sebuah
konsep sederhana yang pada dasanya telah dianugerahkan Sang Pencipta kepada setiap manusia, yaitu Think
Fast.
Think fast ini kemudian mendorong munculnya semangat
menulisku. Berawal dari ide sederhana yang kemudian langsung berusaha
dicetuskan dalam sebuah tulisan cepat (walau agak berantakan), hal disebut
dengan prompt writing. Prompt writing bisa berarti
menulis sesuatu yang berangkat dari sebuah ide yang bisa saja berbentuk satu
kata atau satu kalimat atau bahkan beberapa kalimat pendek. Prompt dalam hal
ini berarti kalimat pemancing ide. Dan seperti dijelaskan
sebelumnya butuh kemampuan think fast untuk mengimplementasikan prompt
writing ini.
Setelah mempraktekan prompt writing ini aku sendiri sampai terkagum-kagum bahwa
sebenarnya ide menulis itu bisa kita petik begitu saja untuk kemudian
mumuncukan perasaan tidak tahan untuk segera menuliskannya. Prompt pertama
yang menarik perhatian saya adalah ketika saya berhasil
menemukan kutipan-kutipan bertemakan inspirasi. Dari satu kata ini saja, aku
kemudian berhasil menulis beberapa tulisan.
Lalu
kemudian ada juga prompt yang bermula dari sebuah kutipan lagu yang
kemudian berhasil ku tuliskan hingga akhirnya tulisan tersebut berhasil
menghiasi halaman media cetak. Saat itu aku seperti telah menemukan telaga di tengah
gurun pasir dalam upayaku menaklukan writer block. Berkat think fast,
kutipan apapun dapan menjadi sebuah ide yang ingin segera dituliskan. Bagi anda
yang rajin sekali bermain-main di Facebook atau Twitter, status atau twit
teman-teman anda bisa menjadi pencetus ide untuk tulisan anda.
Intinya, ide memang sesuatu yang ‘nakal’ dan dibutuhkan kemampuan think
fast untuk mempraktekkan prompt writing untuk menaklukan writer
block. Dengan think fast ide sekan mudah sekali muncul dan kemudian mengajak
kita untuk segera bermain-main dalam catatan-catatan kecil kita. Mudahnya untuk produktif seorang penulis itu harus bisa think fast.
0 comments:
Post a Comment
comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...