“Gak pernah ada hujan terburuk sepanjang masa, yang ada sikap
terburuk kita terhadap hujan sepanjang masa.” (Harishmawan)
Sebelumnya
saya pernah bercerita tentang bagaimana saya memaknai diri saya menikmati hujan. Karena walau bagaimana pun hujan bagi saya adalah tetap sebuah
berkah dan anugrah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Namun, saat ini mungkin
saya sendiri dihadapkan pada kondisi yang berbeda, di mana hujan ini kini
seakan berubah menjadi sebuah musibah, lebih
tepatnya menjadi musibah bagi sebagian orang yang menganggapnya demikian.
Hujan sepagi
(17/01) kemarin memang sekali lagi telah berhasil menenggelamkan sebagian
wilayah Jakarta, bahkan genangan air ini juga mengisi sebagian dalam
rumahku. Tidak ada yang baru menurutku
tetapi menurut apa yang disampaikan oleh orang tua ku saat ia menerima telepon
dari salah seorang sahabatnya yang
menanyakan kondisi rumah kami saat itu, “Di sini baru saya kebagian berkah,
alhamdulillah sudah sekitar 60 centimeter di dalam rumah.”
Awalnya saya
menganggap bahwa, tidak ada yang spesial dari
anggapan seperti itu, sampai saya coba praktikan sendiri apa yang dilakukan
oleh ayah saya tersebut kepada sahabat-sabat yang menanyakan kondisi rumah
saya. Saya katakan pada mereka bahwa disini seru-seru saja, sudah banjir di
dalam rumah sudah setinggi betis lumayanlah bisa untuk berenang. Ada perasaan lega
dan menerima dengan apa yang terjadi membuat saya begitu menikmati kondisi
seperti ini. Kondisi yang mungkin bagi sebagian orang menjadi celah mereka
untuk mengeluh dan merutuki nasib mereka.
Mungkin
sebelumnya saya sempat menanggapi
kondisi ini seperti sebagian orang tadi, kita menolak kondisi yang terlanjurr
terjadi pada diri kita. Akibatnya mungkin kita jadi lebih emosional, mudah
mengeluh, berandai-andai ketika kita bisa mencegah kondisi seperti ini. Atau
bahkan yang lebih parahnya lagi kita bisa saja melakukan hal-hal yang bisa
membuat kondisinya lebih buruk lagi.
Dalam kondisi seperti ini saya belajar bahwa dalam hidup kita akan
mengalami kondisi di mana kita tidak bisa menerima hal tersebut namun kita
tidak bisa melakukan banyak hal untuk mengubah
hal tersebut. Maka yang paling mungkin untuk bisa dilakukan adalah dengan
menerimanya bahkan yang lebih ekstrim adalah dengan berusaha menikmatinya.
Seperti saya berusaha menikmati hujan dan banjir ini.
Dengan cara
seperti itu, mungkin saja perasaan menderita kita terhadap suatu hal bisa saja
bisa akan hilang seketika. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki kendali
penuh akan perasaannya masing-masing. Dan perasaan itu akan mengikuti apa yang
dipikirkan oleh tuannya.
Kita mungkin saja tidak akan bisa membuat banjir yang
terjadi untuk bisa surut dengan seketika tetapi kita selalu bisa melepas, serta
membiarkan pikiran-pikiran buruk dalam diri kita untuk pergi dan tidak
mengganggu perasaan kita. Sehingga kita bisa menikmati segala musibah yang
menghampiri kita dengan peraasaan yang lebih lega dan menerima hal tersebut.
Karena gak pernah ada hujan terburuk sepanjang masa, yang ada sikap terburuk
kita terhadap hujan sepanjang masa.
0 comments:
Post a Comment
comment yang anda tuliskan, memberikan semangat tersendiri...